Makna Idul Fitri di Masa Corona
Oleh : Prayudi
Ariessanto, S.Pd
Majelis Dikdasmen PDM Tarakan
Guru SDN 003 Tarakan
Majelis Dikdasmen PDM Tarakan
Guru SDN 003 Tarakan
Tarakan, 29 Mei
2020
Ramadhan
adalah saat yang paling dinanti oleh umat Islam karena ini adalah satu momentum
yang sangat berharga untuk mendidik umat Islam. Pada bulan suci Ramadhan kaum
muslimin diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh untuk menggapai satu
pencapaian ketaqwaan yang akan diraih setelah tuntas menyelesaikannya.
Pada
Ramadhan tahun ini tentunya sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun
sebelumnya itu dikarenakan adanya bencana wabah corona yang memang mengharuskan
kita harus melaksanakan sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
Sekedar kita tahu bahwa wabah corona ini sudah melanda diberbagai pelosok dunia
dan menerpa lebih dari 200 negara termasuk Indonesia khususnya. Dampak adanya
pendemi menyebabkan banyak sektor yang terganggu dalam beraktivitas seperti,
Pendidikan, ekonomi, sosial, perhubungan dan lain-lain. Akhir dari semua itu
banyak pelaku-pelaku usaha baik dari sektor perdagangan perusahaan yang harus
gulung tikar juga adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan agen-agen travel
berhenti.
Pada
Ramadhan tahun ini, kita berharap setidaknya mampu memaknai ketuntasan kita
dalam menyelesaikan salah satu ujian diatas dengan ditandai hadirnya hari
kemenangan atau datangnya hari raya Idul Fitri, sehingga kita mampu menangkap
pesan Ilahi dibalik semua peristiwa yang terjadi di masa wabah corona dengan
mengambil hikmah yang ada.
Makna
Idul Fitri dimasa Corona
Idul
Fitri berasal dari kata Bahasa Arab "id" (aadu-ya'uudu)
yang berarti Kembali. Sedangkan kata fitri berasal dari kata "fathara"
yang berarti 'makan, menciptakan, dan menanamkan. Turunan kata ini menjadi
bermacam-macam "fithrun" berarti makan, "fitrah"berarti
ciptaan, asal penciptaan, dan karakter. Pemakaian kata-kata ini disesuiakan
dalam konteks yang sesuai. Kata Idul Fitri ini berarti 'kembali makan',
berlawanan dengan kondisi puasa selama Ramadhan. Datangnya Idul Fitri
membatalkan ibadah puasa sebagai tanda selesainya bulan suci Ramadhan.
Bagaimana kita memaknai Idul Fitri ditengah wabah corona?
Idul
Fitri di tengah wabah corona justru menjadi momentum bagi umat islam untuk
menunjukkan karakter taqwa yang sesungguhnya. Wabah corona membuka tabir betapa
ketahanan penting sekali bagi sebuah bangsa dalam melakukan keterbatasan gerak
sosial akibat diberlakukannya physical/social distancing dari itu kita merasa
justru semakin dekat dengan perasaan senasib dan sepenanggungan. Tumbuh
kesadaran dalam diri untuk patuh dan taat aturan karena kita butuh untuk saling
menjaga agar tidak tertular atau menularkan virus.
Dalam
hal ini disaat kita dianjurkan untuk mematuhi protokol yang telah diregulasikan
oleh pemerintah bahwa kita sebagai manusia yang hidup bersosial namun patuh
akan perintah. Seorang pemimpin patut dan wajib menunjukkan sikap yang tidak
berlebihan. Sebagai pengingat bagi kita semua bahwa sikap berlebihan yang tidak
seharusnya dilakukan-termasuk dimasa pendemi ini pun akan dipertanggung
jawabkan kelak kepada Tuhan. Sehingga, hendaknya setiap individu sadar untuk
mematuhi anjuran pemerintah, tulus ikhlas karena Allah, demi kebaikan bersama.
Dengan begitu, semoga perasaan selalu diawasi selalu ada; bukan hanya karena
takut dengan peraturan manusia namun karena kesadaran penuh bahwa amal-amal
kita akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya.
Idul
Fitri tahun ini memang sangat berbeda. Untuk memutus mata rantai penyebaran corona,
pemerintah harus menerapkan kebijakan larangan mudik. Padahal, mudik telah
menjadi tradisi khas kala Idul Fitri di Indonesia. Alhasil, para perantau yang
tak bisa mudik saat Idul Fitri pun mesti rela bersilahturahmi menggunakan media
online. Meskipun tak bisa berjumpa, tapi silahturahmi online pun tak mengurangi
makna Idul Fitri. Bahkan, himbauan untuk beribadah di rumah rupanya juga
berlaku untuk shalat Ied saat hari raya Idul Fitri. Himbauan ini tentu masih
dalam rangka untuk memutus tali penyebaran corona.
Idul
Fitri identik dengan silahturahmi, saling mengunjungi, bersalam-salaman, makan
bersama dan liburan. Tapi, kondisi saat ini tentu tak memungkinkan hal itu
terjadi. Media online pun menjadi pengganti dan semoga ini tak mengurangi makna
silahturahmi dikala Idul Fitri. Ketika umat muslim bermaaf- maafan dihari
lebaran, biasanya dilakukan sambil bersalam-salaman. Lalu, bagaimana bila masih
terdapat penyebaran virus Corona dan anjuran untuk menjaga kontak fisik? Apakah
boleh bermaaf-maafan tanpa bersalam-salaman? Sekretaris jenderal Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Anwar Abbas menjelaskan, bahwa umat muslim yang biasanya
bersalam-salaman saat hari raya Idul Fitri, dimasa pandemi seperti ini boleh
tidak melakukannya. Sebab, usaha menjaga dan melindungi diri dari hal-hal yang
membahayakan kesehatan lebih utama. Apalagi dalam agama dikatakan ”menjaga diri
untuk tidak terjatuh dalam bencana dan malapetaka itu hukumnya adalah wajib,
sementara bersalam-salaman itu hukumnya hanya sunnah”, kata Anwar.
Merayakan
Idul Fitri dengan cara silahturahmi secara online ini bisa dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai aplikasi digital yang ada, kita bisa mendesain kartu
ucapan kita secara online dengan memanfaatkan beberapa aplikasi digital salah
satunya Canva yang bisa di download melalui playstore. Aplikasi ini juga bisa
mengkreasikan desainnya sesuai yang kita inginkan, ini merupakan salah satu
cara yang paling efektif disaat hari raya Idul Fitri di masa wabah corona. Hal
ini bisa menjadi salah satu cara mengucapkan selamat hari raya kepada seseorang
juga keluarga.
Kita
juga bisa melakukan silahturahmi melalui video converence saat hari raya Idul
Fitri bersama keluarga kita yang jauh. Walau kita tidak dapat bertemu langsung,
tetapi dengan cara ini kita tetap bisa merasakan makna momentum berkumpul
bersama keluarga juga, walau dengan situasi yang berbeda. Bahkan ada hal yang
menggelitik perayaan lebaran tak lengkap rasanya bila tak ada THR, bukan?
Sebagai bentuk rasa berbagi, THR masih menjadi ciri khas dari perayaan Idul
Fitri walaupun di masa pandemi corona. Berbagi THR masih bisa dilakukan lho,
yaitu secara online tentunya. Kita bisa membagikan THR dalam bentuk uang
digital kepada sanak saudara kita. Sekarang ini telah banyak aplikasi uang
digital yang bisa kita gunakan. Dengan demikian, kita masih tetap bisa berbagi
THR walau dengan bentuk yang berbeda, namun dengan makna yang sama.
Nah,
itulah makna dari Idul Fitri dimasa pandemi corona walau cara atau bentuk
perayaan Idul Fitri nya berbeda namun tidak menghilangkan makna dari perayaan
tersebut. Sesuai apa yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa walau
perayaan Idul Fitri kali ini berbeda dengan tahun – tahun biasanya, namun kita
masih merasakan makna yang tersirat dari perayaan ini tetap lah sama.
Bagus tulisannya
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung di blog saya.
HapusPak Yudi keren menewen
BalasHapusHaha....jadi lucu inspirasinya dong.
Hapuspak yudi tulisannyakeren, blog juga mantep luar biasa pokonya
BalasHapusTerima kasih, atas inspirasinya.
Hapusmantap,Pak....Salam blogger salam litersi
BalasHapusBagus, pak. Menarik
BalasHapus