Jumat, 29 Mei 2020

MAKNA IDUL FITRI DI MASA CORONA







Makna Idul Fitri di Masa Corona

Oleh : Prayudi Ariessanto, S.Pd
Majelis Dikdasmen PDM Tarakan
Guru SDN 003 Tarakan
Tarakan, 29 Mei 2020

Ramadhan adalah saat yang paling dinanti oleh umat Islam karena ini adalah satu momentum yang sangat berharga untuk mendidik umat Islam. Pada bulan suci Ramadhan kaum muslimin diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh untuk menggapai satu pencapaian ketaqwaan yang akan diraih setelah tuntas menyelesaikannya.
Pada Ramadhan tahun ini tentunya sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya itu dikarenakan adanya bencana wabah corona yang memang mengharuskan kita harus melaksanakan sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Sekedar kita tahu bahwa wabah corona ini sudah melanda diberbagai pelosok dunia dan menerpa lebih dari 200 negara termasuk Indonesia khususnya. Dampak adanya pendemi menyebabkan banyak sektor yang terganggu dalam beraktivitas seperti, Pendidikan, ekonomi, sosial, perhubungan dan lain-lain. Akhir dari semua itu banyak pelaku-pelaku usaha baik dari sektor perdagangan perusahaan yang harus gulung tikar juga adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan agen-agen travel berhenti.
Pada Ramadhan tahun ini, kita berharap setidaknya mampu memaknai ketuntasan kita dalam menyelesaikan salah satu ujian diatas dengan ditandai hadirnya hari kemenangan atau datangnya hari raya Idul Fitri, sehingga kita mampu menangkap pesan Ilahi dibalik semua peristiwa yang terjadi di masa wabah corona dengan mengambil hikmah yang ada.

Makna Idul Fitri dimasa Corona
Idul Fitri berasal dari kata Bahasa Arab "id" (aadu-ya'uudu) yang berarti Kembali. Sedangkan kata fitri berasal dari kata "fathara" yang berarti 'makan, menciptakan, dan menanamkan. Turunan kata ini menjadi bermacam-macam "fithrun" berarti makan, "fitrah"berarti ciptaan, asal penciptaan, dan karakter. Pemakaian kata-kata ini disesuiakan dalam konteks yang sesuai. Kata Idul Fitri ini berarti 'kembali makan', berlawanan dengan kondisi puasa selama Ramadhan. Datangnya Idul Fitri membatalkan ibadah puasa sebagai tanda selesainya bulan suci Ramadhan. Bagaimana kita memaknai Idul Fitri ditengah wabah corona?
Idul Fitri di tengah wabah corona justru menjadi momentum bagi umat islam untuk menunjukkan karakter taqwa yang sesungguhnya. Wabah corona membuka tabir betapa ketahanan penting sekali bagi sebuah bangsa dalam melakukan keterbatasan gerak sosial akibat diberlakukannya physical/social distancing dari itu kita merasa justru semakin dekat dengan perasaan senasib dan sepenanggungan. Tumbuh kesadaran dalam diri untuk patuh dan taat aturan karena kita butuh untuk saling menjaga agar tidak tertular atau menularkan virus.
Dalam hal ini disaat kita dianjurkan untuk mematuhi protokol yang telah diregulasikan oleh pemerintah bahwa kita sebagai manusia yang hidup bersosial namun patuh akan perintah. Seorang pemimpin patut dan wajib menunjukkan sikap yang tidak berlebihan. Sebagai pengingat bagi kita semua bahwa sikap berlebihan yang tidak seharusnya dilakukan-termasuk dimasa pendemi ini pun akan dipertanggung jawabkan kelak kepada Tuhan. Sehingga, hendaknya setiap individu sadar untuk mematuhi anjuran pemerintah, tulus ikhlas karena Allah, demi kebaikan bersama. Dengan begitu, semoga perasaan selalu diawasi selalu ada; bukan hanya karena takut dengan peraturan manusia namun karena kesadaran penuh bahwa amal-amal kita akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya.
Idul Fitri tahun ini memang sangat berbeda. Untuk memutus mata rantai penyebaran corona, pemerintah harus menerapkan kebijakan larangan mudik. Padahal, mudik telah menjadi tradisi khas kala Idul Fitri di Indonesia. Alhasil, para perantau yang tak bisa mudik saat Idul Fitri pun mesti rela bersilahturahmi menggunakan media online. Meskipun tak bisa berjumpa, tapi silahturahmi online pun tak mengurangi makna Idul Fitri. Bahkan, himbauan untuk beribadah di rumah rupanya juga berlaku untuk shalat Ied saat hari raya Idul Fitri. Himbauan ini tentu masih dalam rangka untuk memutus tali penyebaran corona.
Idul Fitri identik dengan silahturahmi, saling mengunjungi, bersalam-salaman, makan bersama dan liburan. Tapi, kondisi saat ini tentu tak memungkinkan hal itu terjadi. Media online pun menjadi pengganti dan semoga ini tak mengurangi makna silahturahmi dikala Idul Fitri. Ketika umat muslim bermaaf- maafan dihari lebaran, biasanya dilakukan sambil bersalam-salaman. Lalu, bagaimana bila masih terdapat penyebaran virus Corona dan anjuran untuk menjaga kontak fisik? Apakah boleh bermaaf-maafan tanpa bersalam-salaman? Sekretaris jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menjelaskan, bahwa umat muslim yang biasanya bersalam-salaman saat hari raya Idul Fitri, dimasa pandemi seperti ini boleh tidak melakukannya. Sebab, usaha menjaga dan melindungi diri dari hal-hal yang membahayakan kesehatan lebih utama. Apalagi dalam agama dikatakan ”menjaga diri untuk tidak terjatuh dalam bencana dan malapetaka itu hukumnya adalah wajib, sementara bersalam-salaman itu hukumnya hanya sunnah”, kata Anwar.
Merayakan Idul Fitri dengan cara silahturahmi secara online ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi digital yang ada, kita bisa mendesain kartu ucapan kita secara online dengan memanfaatkan beberapa aplikasi digital salah satunya Canva yang bisa di download melalui playstore. Aplikasi ini juga bisa mengkreasikan desainnya sesuai yang kita inginkan, ini merupakan salah satu cara yang paling efektif disaat hari raya Idul Fitri di masa wabah corona. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mengucapkan selamat hari raya kepada seseorang juga keluarga.
Kita juga bisa melakukan silahturahmi melalui video converence saat hari raya Idul Fitri bersama keluarga kita yang jauh. Walau kita tidak dapat bertemu langsung, tetapi dengan cara ini kita tetap bisa merasakan makna momentum berkumpul bersama keluarga juga, walau dengan situasi yang berbeda. Bahkan ada hal yang menggelitik perayaan lebaran tak lengkap rasanya bila tak ada THR, bukan? Sebagai bentuk rasa berbagi, THR masih menjadi ciri khas dari perayaan Idul Fitri walaupun di masa pandemi corona. Berbagi THR masih bisa dilakukan lho, yaitu secara online tentunya. Kita bisa membagikan THR dalam bentuk uang digital kepada sanak saudara kita. Sekarang ini telah banyak aplikasi uang digital yang bisa kita gunakan. Dengan demikian, kita masih tetap bisa berbagi THR walau dengan bentuk yang berbeda, namun dengan makna yang sama.
Nah, itulah makna dari Idul Fitri dimasa pandemi corona walau cara atau bentuk perayaan Idul Fitri nya berbeda namun tidak menghilangkan makna dari perayaan tersebut. Sesuai apa yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa walau perayaan Idul Fitri kali ini berbeda dengan tahun – tahun biasanya, namun kita masih merasakan makna yang tersirat dari perayaan ini tetap lah sama.




8 komentar:

  WAKAF CINTA By : Yudi Aries Dingin semilir angin malam menusuk kolbu Impianku dalam kerinduan yang teramat dalam Nyanyian damai te...