Sabtu, 27 Juni 2020

JADI GURU ITU KEREN LOH

JADI GURU ITU KEREN LOH

Oleh, Prayudi Ariessanto, S.Pd

 

Mendambakan kebahagia dunia dan akherat pastilah menjadi impian setiap insan. Apalagi memimpikan masa depan yang cerah dan bahagia pastilah juga impian setiap manusia. Namun semua itu pastilah bukan hanya dikejar lewat mimpi saja yang pasti kerja keras dan doa adalah yang utama untuk menggapai sebuah mimpi. Karena sudah pasti kodrat manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini. Karena kedudukan manusia sebagai pembangun peradaban dan kemakmuran sebagaimana firman Allah “Dia telah menghidupkan kamu di bumi dan memberi kamu kesukaan memakmurkannya (menjadikan kamu sebagai pembangun kemakmuran)”. Sudah jelas kita sebagai manusia akan berusaha mewujudkan cita-cita yang ada dalam impian kita dan segudang cita-cita yang akan ada dalam benak kita, salah satunya apakah ada dalam benak atau otak kita cita-cita utama menjadi seorang guru?

Menjadi seorang guru apa iya, lucu aja ketika kita masih kecil bila ditanya guru, “Andi kamu besar nanti, mau jadi apa?” tanya ibu guru pada Andi. “Saya mau jadi dokter , bu guru,” jawab Andi spontan. Wow, itulah kelakar jawaban kita sewaktu masih kecil hampir dominan jawaban itu bervariasi dan hanya sebagian kecil saja yang akan menjawab menginginkan menjadi seorang guru. Masa iya sih, lah saya ini sudah hampir 17 tahun mengabdikan diri menjadi seorang guru dan dari hasil observasi hanya beberapa sebagian kecil saja anak-anak didik saya yang bercita-cita menjadi guru. Pastilah guru bukan menjadi prioritas utama apalagi dalalm mimpi dan angan-angan. Toh, saya dulu bercita-cita ingin menjadi seorang polisi dan politikus tapi takdir berkata lain. Tapi sudahlah, menjadi guru bagi saya sangatlah keren dan berwawasan bahkan sangat berkemajuan.

Kata siapa jadi guru itu pekerjaan yang monoton dan membosankan? Guru justru memiliki pekerjaan yang lebih beragam menantang serta dinamis. Tiap hari kamu akan terlihat keren dimata anak-anak dengan gayamu yang milenial bahkan kamu akan terlibat dengan berbagai macam aktivitas, karakter siswa yang unik, topik-topik yang berbeda, dan tantangan baru. Menjadi guru, salah satu sosok yang digugu dan ditiru, juga jadi panutan. Guru adalah pengganti orang tua siswa di sekolah. Guru merupakan agen pembaharu (change agent) dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya. (Sugito,2011) Agen pembaharu adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi.

Bukan perkara mudah untuk menemukan guru yang keren guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Definisi keren menurut (Thariq Izzah, 2018 ) adalah orang yang sudah tertempa oleh kerasnya dunia kerja. Bisa berperilaku profesional, baik itu dalam melakukan pekerjaannya maupun berhubungan dengan orang lain. Orang yang sudah mencoba dan terbukti kapabilitasnya di industry nyata. Jadi menurut, Thariq Izzah, definisi keren adalah “ a person whose strength is your flaws”. Jadi menurut saya guru yang keren itu adalah guru yang profesional mampu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan melakukan penilaian pada peserta didiknya. Seorang guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi profesional edukatif, tetapi juga harus memiliki kemampuan pedagogik dalam proses mengajar, serta kepribadian yang dapat diteladani oleh siswa, keluarga maupun masyarakat. Guru yang keren juga mampu mendesain bahan ajar dengan apik dan fleksibel mengikuti perkembangan jaman karena guru yang keren adalah seorang desainer yang handal dalam segala hal dan mampu berevolusi dengan situasi dan keadaan apapun. Apalagi di era teknologi dengan informasi yang berkembang dengan cepat dan pesat mengharuskan seorang guru untuk berpikir yang lebih modern dan profesional dalam menguasai teknologi secara baik terukur dan terarah. Bukan hanya sekedar tahu dan mampu saja yang harus diperhatikan adalah menguasai teknologi sesuai dengan perkembangan jaman bagi kebutuhan siswa-siswanya.

Guru Keren Harus Percaya Diri

Apakah setelah menjadi guru keren sudah cukup? Menurut saya belum lah cukup kalo hanya menjadi guru keren saja harus ditambah lagi. Apa coba? Guru keren haruslah percaya diri mampu menutupi kekurangannya menjadi satu kelebihan. Tampil dengan perfect di depan siswa-siswanya bahkan orang banyak. Kemapuan seorang guru yang profesional dan keren jika tidak ditopang oleh rasa percaya diri pastilah akan terasa kurang, ibarat berpakaian yang rapi dengan setelan jas tapi alasnya sandal jepit…hahaha.

Berikut definisi dan pengertian percaya diri, menurut Lauster (2002), percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas  dalam tindakan-tindakannya, merasa bebas untuk melakukan hal-hal sesuai keinginan dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan menurut Hakim (2002), percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Jadi, menurut saya percaya diri (self convidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya.

Tentulah akan semakin keren seorang guru bila dalam dirinya tertanam rasa percaya diri (self convidence) karena guru memiliki peran yang sangat sentral dan vital dalam upaya menciptakan generasi muda yang berkualitas. Kepercayaan diri seorang guru akan dapat tergambar dalam setiap tingkah lakunya. Karena itu, untuk melihat kepercayaan diri seseorang maka dapat dilihat dari sikap dan penampilan perilakunya. Misalnya, setiap orang pasti merasa mampu untuk berbicara dengan siapapun. Namun kondisinya akan sangat berbeda ketika seseorang dihadapkan dengan suasana ruang kelas yang di dalamnya terdapat peserta didik yang memiliki  berbagai karakteristik dan lainnya. Nah, disitulah akan terlihat bagaimana  kemampuan berbicara kita diuji, ada sebagian orang yang gugup, merasa tidak percaya diri dan lain sebagainya. Tentunya hal itu pernah dirasakan oleh setiap guru yang baru menjadi seorang guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa, saat berbicara didepan kelas bahkan dalam suasana yang dihadapi begitu berbeda kemungkinan seseorang akan terbata-bata dalam berbicara dihadapan siswanya.

Nah, kondisi seperti inilah yang mengharuskan seorang guru tetap action dan percaya diri. Berusahalah untuk rileks dan menikmati semua yang telah terjadi secara wajar. Biarkan semuanya mengalir, dan ikuti suasana yang akan terjadi pada saat mengajar. Ketegangan juga terjadi biasanya karena seseorang memikirkan hal-hal negative misalnya ketakutan melakukan berbagai kesalahan yang tidak perlu.

Fokuslah pada bagaimana meningkatkan kekuatan yang kita miliki, dan jangan terpaku pada bagaimana meminimalisir kelemahan. Kelemahan adalah hal yang manusiawi, dan tidak perlulah dibesar-besarkan. Tugas sebagai guru adalah bagaimana memaksimalkan kesan mendalam bagi siswa. Dengan mengajar sesuai dengan gaya dan hati nurani kita, maka kita bisa dengan leluasa mengeluarkan semua ekspresi dan inovasi tanpa beban. Dengan demikian, potensi yang ada dalam diri kita bisa kita keluarkan semuanya.

Setiap guru juga memiliki gaya mengajar masing-masing. Gaya mengajar juga adalah satu ciri khas sehingga menjadi pembeda satu guru dengan guru lainnya.  Ada guru yang suka mengajar banyak duduk, ada pula yang senang berdiri, selalu mengitari ruang kelas. Bahkan sepatu dan bunyi detak langkah guru ketika berjalan mengitari ruang kelas merupakan satu ciri khas gaya guru yang spesifik bagi masing-masing siswa. Cara berbahasa dan berbicara guru yang bervariasi dan diselingi humor ini salah satu gaya yang disenangi oleh banyak siswa dikelas. Namun yang mesti diperhatikan ketika guru berbicara hendaknya guru selalu mengarahkan perhatiannya pada siswa, jangan sering melihat keluar ruangan karena hal ini dianggap kurang menghargai siswa. Guru harus dapat mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan menguasai manajemen kelas dengan baik dan tidak selalu terfokus pada siswa tertentu.

Karena itu dalam membangun mental dan percaya diri guru dalam mendidik siswa tidaklah mudah perlu latihan dan pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga guru memiliki kesiapan mental yang optimal untuk dapat mengajar dengan baik dan yang pasti percaya diri. Kepercayaan diri akan berujung dengan kesuksesan jika diniatkan untuk berkontribusi yang terbaik bagi pendidikan. Apalagi jika seorang guru tidak patah semangat saat pembelajarannya kurang begitu berhasil di dalam kelas, ia langsung berefleksi dan menghindari untuk menyalahkan factor lain diluar dirinya. Jika ini dilakukan secara konstan terus menerus dilakukan maka akan terjadi peningkatan kinerja yang signifikan. Guru akan menjelma jadi guru yang rasa percaya dirinya meningkat, kreatif, inovatif dan profesioanal.

Nah, jadi guru itu keren loh kuncinya hanya percaya diri.

 

 


Minggu, 14 Juni 2020

PENGEN JADI GURU MIKIR LOE

PENGEN JADI GURU MIKIR LOE

Penulis, Prayudi Ariessanto, S.Pd

Majelis Dikdasmen PDM Tarakan

Guru SDN 003 Tarakan

Jadi Guru Panggilan Hati

Terkadang kita berpikir singkat mengikuti naluri yang ada tanpa harus memikirkan sebab akibat sehingga ambil jalan pintas klo cita-cita utama tak tercapai yah sudah jadi guru aja itu jalan terakhir. Dan memang bener banyak diantara kita yang jadi seorang guru tanpa harus tahu tujuannya untuk apa, Bahasa kerennya bego amat lo yang penting gue jadi guru punya pekerjaan, emang enak klo kagak ada kerjaan mending jadi gurukan. Mungkin kita merasa tak ada beban jika menjadi seorang pendidik, bisa jadi ya, tapi apa iya menjadi seorang pendidik tak ada beban itulah yang jadi pertanyaan saya sampai saat ini. Ingat lo, pada saat kita berprofesi menjadi seorang guru besar banget lo tanggung jawabnya dunia akhirat itu. Karena di dunia ini ada tiga profesi yang punya tanggung jawab lansung ama Tuhan, siapa aja mereka “mereka adalah Dokter, Hakim, dan Guru!”

Nah, sekarang yang akan kita bahas kenapa kita mau jadi guru atau pengen jadi guru gak usah bahas  profesi Dokter dan Hakim. Menjadi guru adalah profesi yang mungkin tidak didambakan setiap manusia karena menjadi seorang guru merupakan penggilan hati, ingat lo panggilan hati. Menjadi guru di zaman sekarang ini memang berbeda keadaannya dengan guru jaman dahulu ketika teknologi di Indonesia belumlah terlalu berkembang. Apalagi saat ini pemerintah sangat serius memperhatikan masalah pendidikan bahkan kesejahteraan guru terus ditingkatkan. Apalagi belum ada survei atau penelitian yang memastikan aktivitas yang kerap dijuluki sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” itu sekedar pilihan profesi atau panggilan hati. Terus, apa bedanya? Guru sebagai profesi, sebagaimana profesi yang lain, akan selalu dituntut untuk menguasai hardskill. Keterampilan teknis seputar mengajar merupakan tuntunan utama dan selalu menjadi kriteria utama untuk mengukur tingkat keprofesionalan seorang guru.

Jika Anda menjadi guru hanya sekedar mencari pekerjaan karena kelamaan nganggur atau luntang-lantung sana sini gak ada penghasilan menurut saya, Anda salah besar. Karena Anda akan menghancurkan tatanan pendidikan yang sudah dirumuskan oleh undang-undang dasar. Loe, pikir dengan loe asal-asalan menjadi guru karena kagak ada kerjaan loe bangga, tetap juga loe bakalan diminta pertanggung jawabannya di akherat kelak. Mindset, cara berpikir, sikap berpikir, pola berpikir atau sejumlah perangkat internal dalam diri seorang guru haruslah benar-benar mumpuni bukan abal-abal atau kw-kw. Jadi bila loe pengen jadi guru kudu musti panggilan hati tong, bukan sekedar iseng-iseng karena loe nganggur atau gak ada job, Tong.

Menjadi guru dengan panggilan hati, pasti akan menjadikan seorang guru tersebut enjoy dan mencintai pekerjaannya. Sehingga, tidak mengajar dengan setengah hati. Akan tetapi, bagi guru yang bermental sepenuh hati, mengajar adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengetahuan dan semangat kepada anak didiknya. Sedangkan elo Tong yang bermental separuh hati, menjadi guru hanya perihal menerima gaji diawal bulan dan tidak berkeinginan untuk mengembangkan diri loe untuk memberikan perubahan dan pencerahan kepada anak didik dan masyarakat. Sesungguhnya, menjadi guru adalah sebuah misi yang penuh dengan moralitas dan idealitas. Menjadi guru memang harus punya panggilan hati untuk mendidik, panggilan peduli terhadap generasi kedepannya, panggilan untuk merubah dan mencerahkan kehidupan bangsa. Menjadi guru haruslah lahir dari dasar batin, dari hati nurani untuk mendidik anak-anak bangsa. Jika tanpa panggilan hati, perbuatan mendidik anak bangsa, hanya ibarat tugas pokok rutinitas saja.

Oleh karenanya pendidikan merupakan dunia yang lahir dari rahim kasih sayang. Berlangsung dalam suasana kekeluargaan antara pendidik dan peserta didik. Karena menjadi seorang guru dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih sayang, keikhlasan, kejujuran, keagamaan, dan suasana kekeluargaan. Di zaman sekarang kebutuhan murid kepada gurunya bukan lagi knowledge, melainkan wisdom. Pengetahuan dapat  diperoleh lewat buku, akses internet melalui google dan Wikipedia serta sumber pengetahuan lainnya. Mereka juga membutuhkan kearifan untuk membentuk peserta didik menjadi kaum cendikia. Sikap guru sangat menentukan masa depan peserta didiknya. Guru dalam mendidik peserta didik harus mengacu pada pengembangan sikap yang bersumber dari hati nurani, sehingga sikap tersebut dapat membuat peserta didik kita menjadi manusia yang berkarakter mulia, cerdas, mandiri dan mampu memberi kontribusi bagi lingkungan dan sesamanya.

Menjadi guru pada prinsipnya harus merupakan pilihan sadar dan panggilan nurani. Karena guru merupakan cerminan idealisme kita dan keberpihakan kita terhadap kemanusiaan. Karena sebagai guru harus mengabdikan segenap jiwa raga dan kemampuan terbaik untuk menciptakan generasi masa depan yang lebih baik. Profesi guru harus dihayati sedemikian rupa, dinikmati dengan segenap semangat pengabdian dan prestasi sehingga mendidik merupakan upaya menginternalisasikan nilai-nilai ke dalam jiwa peserta didik. Dengan kasih sayang memberi arti kelembutan, kesantunan perhatian, pengertian, kepedulian, menghargai dan memuliakan. Pendidik adalah mandat atau tanggung jawab yang dititipkan kepada guru untuk dijalani dengan rasa tanggung jawab dan dilindungi oleh undang-undang. Guru yang memiliki kesadaran demikian, mereka akan mendidik dan bekerja memegang teguh kepercayaan, komitmen dan berintegritas.

Masih Pengen Jadi Guru

Dari uraian yang panjang lebar diatas dengan penjelasan yang begitu detail apakah teman-teman berminat untuk menjadi seorang guru. Apakah sudah siap secara mental bahkan lahir dan batin. Karena yang harus di ingat itu adalah seorang guru itu mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oieh anak.

Bahkan, poin penting yang memperkuat bila elo ingin menjadi seorang guru adalah ilmunya, iya ilmunya. Bahwa ilmu yang bermanfaat adalah salah satu bekal elo untuk menuju akhirat. Jika elo seorang guru mengajarkan hal-hal yang baik kepada siswa kemudian mereka memanfaatkannya lalu mereka mengajarkannya kembali kepada orang lain, sungguh amalan itu akan terus mengalir kepada elu tong sebagai guru.

Nah, sungguh seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”. (Ramayulis,1982:42) pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat anak-anak memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi (Ramayulis).

Sehingga, patutlah Anda berbangga dan berbahagia saat ini jika Anda berprofesi sebagai seorang guru. Dan banggalah, karena ada banyak manfaat yang dapat Anda berikan kepada anak didik Anda dan anak-anak Anda sendiri, nantinya mereka dapat menjadi generasi muda yang berguna dan berprestasi dimasa depan. Selain itu jadilah seorang guru yang bersikap dan berakhlak baik karena Anda adalah sebagai “uswatun khasanah” atau suri tauladan yang baik untuk anak-anak didik dan masyarakat.

Nah, masih pengenkah Anda menjadi seorang guru ?

 

 

 

PROFIL PENULIS

Sejak tahun 2000 penulis sudah mengabdikan diri sebagai pendidik, sebagai guru kelas di SDN Tanjung Batu, pada saat itu sebagai tenaga kontrak dan mengabdi selama 2 tahun lebih. Pada tahun 2002 penulis ditempatkan di SDN 020 Sebengkok. Tahun 2003 penulis diangkat menjadi guru PNS di pemerintahan kota Tarakan dan di tempatkan di SDN 006 Kampung 4 Tarakan. Saat ini penulis bertugas di SDN 003 Tarakan dan mulai bertugas pada tahun 2013 sampai saat ini.

Penulis juga merupakan penulis artikel, ada beberapa artikelnya yang sudah di muat oleh beberapa media surat kabar lokal dan daerah. Beberapa artikel yang pernah masuk baru-baru ini adalah “Guru dan Teknologi harus bijaksana menyikapinya” dan “ Menakar PPDB Sekolah Muhammadiyah ditengah pandemi Covid-19” yang diterbitkan oleh tabloid Mata Hati Malang Raya Jawa Timur. Saat ini penulis juga sedang Menyusun pembuatan BBS (buku best seller).

Penulis bernama Prayudi Ariessanto, S.Pd juga menjabat sebagai pimpinan Majelis Dikdasmen PDM Tarakan Kalimantan Utara. Penulis lahir di Tarakan pada tanggal 08 April 1975 dan berdomisili di Jl. Mulawarman Tarakan Kalimantan Utara 77111. Apabila ingin menghubungi penulis bisa melalui WA 082153997686 atau email prayudiariessanto052@gmail.com dan bisa juga berkunjung ke blog penulis dengan alamat prayudiariessanto.blogspot.com.

 

 


Sabtu, 13 Juni 2020

KARANG

Malam yang sepi...
Menghampiri hati ini...
Tak pernah henti...
Terus mencintai dirimu...

Walau badai datang...
Trus menghantam setia ini...
Tak pernah aku goyah...
Akan selalu setia padamu...

Jika nanti kita tak mampu...
Jangan pernah kau berpaling dariku....
Karena aku akan selalu
Ada disampingmu dan menjaga dirimu...

Jika aku yang akan terlena...
Tegurlah diriku dengan belai cintamu
Karena aku hanyalah manusia...
Yang pastinya akan bisa juga terluka...

Jika kita bisa menjaga bersama...
Cinta ini akan tegar sekuat karang....
Namun jangan kau berharap tak goyang...
Karena kita hanya bisa menjaganya hingga tua...

Malam yang dingin ini...
Kau tetap di sampingku...
Menemani sisa-sisa usiaku...
Hingga aku akan pulang tanpamu...
Jika Anda sedang menulis buku apapun, termasuk buku referensi, Anda perlu mengetahui contoh outline buku.
Anda perlu tahu bahwa buku referensi terdiri dua bagian: luar dan dalam. Bagian dalam buku dibagi menjadi tiga subbagian yaitu preliminaries, batang tubuh (isi utama), dan postliminaries.
Bagian-bagian Buku Referensi adalah sebagai berikut:
I. Bagian Luar Buku
1. Cover Depan
a. Judul Utama
b. Nama Penulis
c. Nama Penerbit (jika telah diterbitkan)
2. Punggung Buku
a. Judul Utama
b. Nama Penulis
c. Nama Penerbit (jika telah diterbitkan)
3. Cover Belakang
a. Judul Utama
b. Nama dan Tentang Penulis
c. Sinopsis
d. Nama dan Alamat Penerbit (jika sudah diterbitkan)
e. Nomor ISBN
f. Untuk tingkatan apa buku ini ditulis (misalnya: pemula, menengah)
II. Bagian Dalam Buku
1. Preliminaries
a. Halaman Perancis
Halaman terdepan setelah cover. Letaknya selalu di sebelah kanan, halaman ini berisi judul buku saja.
b. Judul Utama
Memuat judul buku secara lebih atraktif, menyolok, menarik dibanding judul Perancis. Selain judul buku, halaman ini juga memuat Nama penulis serta nama dan alamat penerbit.
c. Halaman Hak Cipta
Memuat kutipan Undang-Undang Hak Cipta.
d. Halaman Persembahan
Biasanya ditujukan kepada siapa penulis itu berkarya.
e. Halaman Ucapan Terimakasih (acknowledgments)
Biasanya ditujukan kepada siapa penulis itu berkarya.
f. Kata Sambutan
Sambutan yang diberikan ini diberikan oleh tokoh/ pejabat atau mereka yang memiliki kapasitas keilmuan. Ini sekaligus sebagai media pengakuan atas isi buku ini.
g. Halaman Kata Pengantar
Biasanya ditulis oleh ahli dibidang ilmu yang dibahas, memberikan komentar maupun ulasan tentang materi yang disampaikan pada buku ini.
h. Halaman Prakata
Biasanya dibuat oleh pihak penerbit untuk memberikan ulasan mengapa buku ini dibuat serta hal-hal lain yang mendukung. Selain itu prakata juga bisa dibuat oleh penulis untuk memberikan tanggapan atas kritik pembaca pada cetakan/ edisi sebelumnya.
i. Daftar Isi
j. Daftar Tabel
k. Daftar Gambar
l. Daftar Singkatan
m. Halaman Pendahuluan
Pendahuluan berbeda dengan Prakata. Pendahuluan dibuat oleh penulis,
berisi pengenalan masalah secara umum sebelum memasuki bahasan
permasalah.
2. Isi Utama Buku.
Batang tubuh buku disesuaikan dengan logika atau struktur keilmuan yang akan dibuat
buku referensinya.
a. Bagian (Part)
b. Bab atau Sub Bagian (Chapter)
c. Sub Bab
d. Sub Sub Bab
e. Sub Sub Sub Bab
f. Referensi atau Daftar Pustaka
3. Postliminaries
a. Lampiran
Lampiran bisa berisi materi pelengkap, penjelasan atau mungkin merupakan
materi pendukung yang ditambahkan diluar bahasan utama.
b. Epilog
Berisi kesimpulan maupun harapan-harapan yang di inginkan penulis setelah
pembaca selesai membaca buku ini
c. Daftar Istilah (Glosarium)
d. Halaman Indeks (disarankan)
e. Biografi Penulis
Demikianlah panduan sederhana ini saya buat semoga bermanfaat...

Jumat, 05 Juni 2020

ANAK-ANAK PESISIR TANJUNG BATU


ANAK-ANAK PESISIR TANJUNG BATU

Tidak pernah terpikir olehku untuk terbesit dalam benak menjadi seorang pendidik atau aku dipanggil seorang guru. Itu terjadi disaat era reformasi dimana pemerintahan pak Harto harus berakhir pada Mei 1998 sehinnga Indonesia memasuki tonggak sejarah baru. Reformasi diawali dengan krisis moneter sejak Juli 1997 dimana mata uang rupiah dan negara-negara Asia Tenggara terpukul. Pada tanggal 1 Agustus 1977 nilai rupiah dari Rp 2.575 menjadi Rp 2.603 per dolar AS. Kemudian, 1 Desember 1997 menjadi Rp 5.000 per dolar AS. Pada maret 1998 terpuruk hingga Rp 16.000 per dolar AS. Krisis moneter tersebut membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0%, bisnis lesu dan 16 bank dilikuidasi.
Perjalanan Panjang di era reformasi inilah menjadi bom waktu bagiku disaat aku masih binggung untuk melangkahkan kakiku menuju masa depan yang hanya bayang-bayang bagiku. Aku seorang anak muda yang pada saat itu ingin bercita-cita menjadi seorang politikus itu karena seneng aja dengan politik karena sangant hoby sekali dengan argument-argumen yang gak jelas. Aku hanya lulusan SMA dengan jurusan SOS pada saat dijamanku klo sekarang jurusan IPS untuk SMA masa sekarang. Namun di era reformasi dengan gejolaknya yang begitu panas dan Gerakan tersebut menuntut banyak  pembaharuan yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan yang pasti diantaranya UU NO.1 tahun 1985 tentang pemilihan umum. Tapi bagiku tidak teralu mikir dan ambil pusing karena saat itu yang ada kulihat dimedia-media adalah tentang kebrutalan manusia yang membuat aku berpikir dimana tata krama kita dimana rasa kemanusian kita kenapa ini harus terjadi.
Maka pada saat itu hati dan pikiranku ikut terketuk ambil peduli akan permasalahan bangsa ini, apa ada yang salah pada sistem negara ini atau sistem pendidikannya. Aku terpikir kayaknya sistem pendidikannya atau Pendidiknya yang tidak dapat merubah ahklak anak bangsa. Tapi sudahlah, toh pada saat itu saya hanya bisa melihat merenungkan dan sedih saja. Kalau kita mau jujur, rasa-rasanya memang sudah lama saya menginginkan menjadi seorang guru namun karena gengsi menutupi hati maka saya urungkan niat itu. Karena kita pasti tau bagaimana sih pengabdian seorang guru di era orde baru ?

Tanjung Batu

Pada tahun 1997 status kota Tarakan hanya kota Administratif dan saya sendiri lahir dikota yang hanya sebuah pulau dikalimantan. Sedikit cerita tentang kotaku ini, Kota Tarakan merupakan kota terbesar ketiga di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 657,33 km² dan sesuai dengan data badan kependudukan catatan sipil dan keluarga berencana kota Tarakan pada tahun 2010 berpenduduk sebanyak 193.069 jiwa. Tarakan atau juga dikenal sebagai bumi paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil yang terletak diutara Kalimantan Timur. Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari Bahasa tidung “Tarak” (bertemu) dan “ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara sungai kayan, Sesayap dan Malinau.
Tanjung batu, merupakan sebuah kampung dipinggiran pantai yang biasa disebut pantai amal. Sebelum saya menggambarkan keadaan desa Tanjung batu saya akan menceritakan sedikit kenapa saya bisa jadi guru? Untuk apa  saya jadi guru? Ceritanya Panjang sob gak cukup klo hanya lima halaman saja…hahaha
Saya bisa jadi guru itu dikarenakan pada tahun 1998 ada beasiswa bagi yang berminat menjadi guru SD dan akan disekolahkan di sebuah Universitas negeri Samarinda dengan julukan Universitas Mulawarman. Dari sinilah saya belajar dan ingin mengabdikan diri dan mendedikasikan diri ini untuk bangsa dan negara tercinta. By the way, saya lulus diakhir tahun 1999 karena saya mengambil jurusan D2 PGSD jadi waktu kuliah tidak mengitu lama maklum dari pemerintah daerah sendiri memang jatah Cuma sampai diploma saja. Diawal tahun 2000 saya sudah Kembali kekampung halaman kota Tarakan tempat kelahiran.

Kita Kembali ke desa Tanjung Batu tepatnya dipinggiran kota Tarakan atau disebut pantai amal. Desa yang merupakan tempat terpencilnya kota Tarakan pada saat ditahun 2000 dikarenakan akses untuk kedesa tersebut hanya melewati jalan setapak atau melewati pinggiran pantai. Loh, kok jadi menceritakan desa Tanjung Batu apa ada hubungannya dengan saya, ya adalah karena disanalah tempat saya pertama kali ditugaskan mengajar dan mendidik sebagai guru kontrak. Disanalah pertama kalinya saya mengabdikan diri untuk mendidik anak-anak bangsa yang tinggal di daerah pesisir pantai bahkan terisolir oleh gemerlapnya kehidupan kota. Bahkan untuk mencapai kedesa tanjung Batu bisa menggunakan kendaraan roda dua namun jalan sangat jelek dan tak layak untuk dilewati itupun klo ada ojek yang mau atau dengan berjalan kaki dengan jarak 1 kilometer lebih. Akses yang agak enakan bisa lewat pinggiran pantai karena jalannya berpasir.
Desa Tanjung Batu pantai amal termasuk wilayah yang masuk di kecamatan Tarakan timur dengan kelurahannya adalah Mamburungan. Untuk mencapai kelurahannya sendiri sangat jauh, jadi pada saat itu Tanjung Batu sangat rumit untuk mengakses tempat-tempat pemerintahan Desa karena memang saat itu masih sangat terisolir. Untuk kekota saja kita harus keluar berjalan kaki untuk menuju akses dimana angkot berhenti tepatnya di pantai Amal wisata dengan jarak 1 kilometer lebih dan jika kita sudah sampai harus menunggu berjam-jam angkot yang akan kita tumpangi. Bahkan walaupun angkot sudah ada kita harus menunggu lagi dengan penumpang yang lain yang akan menuju kekota dengan kata lain penumpang penuh maka angkot akan segera berangkat menuju kota dengan waktu tempuh pada saat itu kurang lebih 50 menit belum lagi waktu nunggu berangkatnya saja butuh kurang lebih 3 hingga 4 jam. Sehingga saya hanya menghabiskan waktu di terminal pantai amal dengan berjam-jam. Nah, itu sekilas tentang gambaran Desa Tanjung Batu dimana disanalah tempat pertama kali saya harus mengabdikan diri sebagai seorang guru.
Selanjutnya, apa sih yang yang menjadi kisah inspiratif dari pengalaman saya Ketika mengajar di Desa Tanjung Batu tersebut. Desa Tanjung Batu adalah desa yang dimana penduduknya mayoritas suku bugis campuran dan rutinitas kesehariannya adalah nelayan dan petambak Sebagian berkebun. Sedangkan anak-anak mereka hanya mengenyam Pendidikan hingga sekolah dasar pada masa saya mengabdi didesa tersebut. Diantara anak laki-laki yang telah lulus sekolah dasar mereka tidak melanjutkan kesekolah tingkat menengah karena mereka akan membantu orang tuanya kelaut atau menjadi nalayan. Nah, yang membuat saya prihatin adalah anak perempuan mereka yang pada masa itu jika mereka lulus dari tingkat sekolah dasar mereka akan menikah walau usia mereka masih sangat muda, padahal potensi anak-anak disana sangat mumpuni untuk melanjutkan ketingkat selanjutnya itu dikarenakan akses untuk melanjutkan kejenjang selanjutnya sangatlah jauh menuju sekolah yang dituju. Tentu bukan karena mereka tidak mampu tapi lebih pada akses trasportasi yang pada saat itu kurang memadai karena untuk melanjutkan ketingkat SMP bila ditempuh berjalan kaki bisa memakan waktu 3 hingga 4 jam lamanya. Inilah yang membuat mereka harus bekerja membantu orang tuanya dan anak perempuan mau tidak mau harus menikah. Oke, kita lanjut singkatnya dengan keadaan tersebut membuat saya terpacu untuk mencoba merubah keadaan tersebut dengan catatan saya harus bisa dan mampu beradaptasi dengan keadaan yang ada, baik dari segi budaya dan karakter masyarakat disana. Bagi saya sendiri tentulah tidak mudah karena ini sudah terpola jadi saya berpikir hanya dengan anak-anak mereka yang mau bersekolahlah yang akan saya ubah pola pikirnya walaupun hanya tingkat sekolah dasar dengan cara memotivasi mereka.
By the way, pada saat saya ditugaskan di desa Tanjung Batu yang pada saat itu saya masih bujang dan saat itu umur saya baru 25 tahun harus meninggalkan kesenangan masa remaja saya dan memang itulah tantangannya menjadi seorang guru didaerah pesisir pantai. Kebetulan saya pada saat itu mendapatkan rumah dinas yang kebetulan hanya bersebelahan dengan sekolah tersebut. Pada hari pertama saya bertugas saya semalaman tidak bisa tidur dikarenakan masih terasa asing bagi saya ditempat yang sepi jauh dari keramaian yang biasanya saya selalu merasakan tempat yang ramai, maklum saya dulunya tinggal dikota. Namun lama-kelaman saya jadi terbiasa dengan suasana desa tersebut. Pada hari pertama saya mengajar saya bangunnya agak awal itu karena saya harus memberikan contoh pada anak-anak pesisir untuk membiasakan disiplin waktu, namun kenyataan sangat berbalik dari yang saya pikirkan. Seharusnya masuk kelas itu pada jam 07.30 pagi ternyata itu tidak terjadi pada SDN tanjung batu tersebut karena ternyata saya harus menunggu mereka pada jam 08.30 jadi disini guru menunggu murid bukan murid menunggu gurunya. Itulah keadaan yang saya dapatkan selamanya mengajar disana itu tidak lain dikarenakan rumah mereka jauh dari sekolah. Jumlah murid saya pada saat itu hanya 32 siswa dan sudah mencakup dari kelas satu hingga enam jadi dalam satu kelas ada yang empat siswa bahkan satu kelas hanya ada satu siswa tepatnya kelas empat.
Sekolah SDN Tanjung Batu Tarakan hanya mempunyai dua orang guru satu gurunya seorang ibu yang sudah berkeluarga dan satunya saya sendiri. Saya sendiri mengajar mulai kelas 3,4,5 dan 6 dan teman saya mengajar kelas 1 dan 2 nama beliau adalah ibu Mariati yang sudah cukup lama mengabdi di SD tersebut. Namun itu tidak menjadi problem bagi saya karena itu adalah tantangan bagi saya bagaimana saya bisa dapat merubah tatanan dalam pola berpikir anak-anak disana bahwa sesungguhnya Pendidikan itu dapat merubah kehidupan mereka dan mereka dapat merubah desa tersebut menjadi lebih maju dan dikenal oleh masyarakat kota karena masyarakat kota Tarakan hanya mengenal pantai amal bukan tanjung batunya. Sedangkan saya sendiri baru tahu desa tanjung batu kalau bukan saya sendiri yang menginjakkan kaki didesa tersebut. Padahal kalau dipikir saya juga lahir dikota Tarakan namun saya hanya mengenal pantai amal, eh ternyata masih ada desa lagi didalamnya hehe.
Oke, kisah ini akan saya singkat saja tidak usah bertela-tele kalau saya ceritakan dengan detail bisa-bisa jadi satu buku…hahaha. Metode yang saya ajarkan saat saya menjadi pendidik disana hanya sederhana sekali saya menggunakan dengan metode belajar bersama alam. Saya lebih banyak mengenalkan anak-anak dengan lingkungan mereka yang kaya dengan hasil lautnya walaupun yang saya lakukan sederhana sekali. Karena pada saat itu saya juga ikut belajar bersama mereka yang notabenenya mereka adalah anak-anak yang cerdas dan kreatif. Mereka adalah anak-anak yang mandiri walaupun hanya anak SD, mereka pintar sekali mencari kepiting, menjala udang bahkan mencari kapah sejenis kerang apalagi memanjat pohon kelapa mereka sangat jago sekali. Dari sinilah pada saat saya mengajarkan mereka diluar kelas saya mulai memotivasi mereka bahwa sesungguhnya kalian itu lebih hebat dari anak-anak kota kalian mempunyai potensi yang besar untuk merubah tatanan kehidupan dari hanya seorang anak nelayan bisa menjadi yang lebih dari orang tua kalian. Kalian bisa menempuh Pendidikan bukan hanya sekolah dasar saja tapi kalian bisa kuliah dan menjadi sarjana karena kalian itu mampu menguasai alam pesisir pantai. Tiap waktu tiap hari selalu saya motivasi mereka dengan kata-kata bahwa kalian bisa kalian mampu. Hingga terkadang saya bosan juga lelah namun saya tetap semangat dan harus bisa merubah keadaan anak-anak disana bahwa sesungguhnya Pendidikan itu sangat penting.
Alhasil, selama kurun dua tahun saya mengabdi didesa tersebut mulai terlihat semangat orang tua mereka untuk menyekolahkan anaknya ketingkat selanjutnya yaitu SMP, SMA dan mengikuti perguruan tinggi. Itu dikarenakan pemerintah daerah mulai memperhatikan desa tersebut dan mulai membuka akses untuk menuju kedesa tersebut. Padahal saat akses jalan belum dibuka sebagian murid saya yang lulus dari SD tanjung batu harus rela tinggal dikota untuk melanjutkan SMP dikota dan harus berpisah dengan orang tua mereka. Alhamdulillah, saya mulai merasakan betapa bahagianya hati ini perjuangan untuk meyakinkan mereka tidak sia-sia bahkan orang tua merekapun sangat antusias untuk menyekolahkan anak-anaknya kejenjang selanjutnya. Bahkan salah satu murid saya tidak akan saya sebutkan namanya saat ini sudah mengenyam S2 di Makassar dan alhamdulillah sudah selesai. Hampir semua anak-anak SD tanjung batu meneruskan sekolahnya hingga kuliah itu dikarenakan akses untuk kuliah sangat dekat tepatnya Universitas Borneo dibangun diwilayah pantai Amal.
Hal yang membuat saya sangat sedih dan Bahagia adalah Ketika saya harus Kembali kekota dikarenakan masa tugas saya sudah berakhir. Perpisahan itu sangat menyedihkan harus meninggalkan mereka disaat mereka lagi semangatnya berjuang meraih masa depan. Pada saat itu saya hanya tersenyum dan mengatakan kalian jangan menyerah teruslah buktikan bahwa anak pesisir juga bisa bersekolah lebih tinggi dan bisa sejajar dengan anak-anak dikota bahkan lebih dari itu. Tentunya, yang namanya perpisahan pastilah mengharukan biasalah terharu biru dengan berlinang air mata. Disisi yang lain kebahagiaan yang saya rasakan disaat itu adalah saat saya kuliah untuk melanjutkan kejenjang S1 PGSD diUniversitas Borneo dimana saat itu saya hanya tamatan D2 PGSD dan diharuskan melanjutkan ke S1 agar nantinya saya bisa mengikuti sertifikasi. Saya melanjutkan kuliah pada tahun 2007 disaat yang sama saya bertemu mereka iya mereka anak-anak didik saya disaat saya mengajar ditanjung batu. Entah, apa yang membuat hati ini terharu dan Bahagia bisa bersama-sama mereka kuliah dengan jurusan yang sama, ya Allah mereka ternyata ada juga yang menginginkan menjadi guru seperti saya. Yang membuat saya lebih terharu kenapa kalian ingin menjadi guru seperti bapak, jawab mereka kami ingin lebih hebat seperti bapak dan akan mengajar didesa kami, semakin berlinanglah air mata mendengarnya.
Sungguh proses itu tidak akan mendustai hasil dimana jika kita ada keikhlasan untuk mewujudkan sesuatu maka Tuhan tidak akan diam Dia akan mewujudkannya dengan doa dan harapan yang kita panjatkan. Sekelumit kisah ini sebenarnya Panjang dan penuh liku namun dengan kisah inspiratif  saya yang singkat ini semoga dapat menjadi motivasi bagi kita khususnya guru yang ditugaskan ditempat terdalam. Kita sebagai guru adalah penggerak bagi mereka anak-anak yang tertinggal karena mereka adalah anak-anak Nusantara yang butuh sentuhan, motivasi dan kasih sayang juga perhatian yang disejajarkan.  


PROFIL PENULIS
Sejak tahun 2000 penulis sudah mengabdikan diri sebagai pendidik, sebagai guru kelas di SDN Tanjung Batu, pada saat itu sebagai tenaga kontrak dan mengabdi selama 2 tahun lebih. Pada tahun 2002 penulis ditempatkan di SDN 020 Sebengkok. Tahun 2003 penulis diangkat menjadi guru PNS di pemerintahan kota Tarakan dan di tempatkan di SDN 006 Kampung 4 Tarakan. Saat ini penulis bertugas di SDN 003 Tarakan dan mulai bertugas pada tahun 2013 sampai saat ini.
Penulis juga merupakan penulis artikel, ada beberapa artikelnya yang sudah di muat oleh beberapa media surat kabar lokal dan daerah. Beberapa artikel yang pernah masuk baru-baru ini adalah “Guru dan Teknologi harus bijaksana menyikapinya” dan “ Menakar PPDB Sekolah Muhammadiyah ditengah pandemi Covid-19” yang diterbitkan oleh tabloid Mata Hati Malang Raya Jawa Timur. Saat ini penulis juga sedang Menyusun pembuatan BBS (buku best seller).
Penulis bernama Prayudi Ariessanto, S.Pd juga menjabat sebagai pimpinan Majelis Dikdasmen PDM Tarakan Kalimantan Utara. Penulis lahir di Tarakan pada tanggal 08 April 1975 dan berdomisili di Jl. Mulawarman Tarakan Kalimantan Utara 77111. Apabila ingin menghubungi penulis bisa melalui WA 082153997686 atau email prayudiariessanto052@gmail.com dan bisa juga berkunjung ke blog penulis dengan alamat prayudiariessanto.blogspot.com.

                                Gambar 1. Pantai Amal


   Gambar 2. Aku saat remaja dan Rumahku saat di SD Tanjung Batu




Gambar 3. SDN Tanjung Batu sekarang berubah menjadi SDN 032 Tarakan



                                 Gambar 4. Penulis Saat Ini

  WAKAF CINTA By : Yudi Aries Dingin semilir angin malam menusuk kolbu Impianku dalam kerinduan yang teramat dalam Nyanyian damai te...