RIWAYAT PELATIHAN
Blog ini mengulas hal umum tentang pendidikan juga berbagai hal yang dianggap menarik, unik dan sederhana. Namun tidak meninggalkan makna karena Blog ini berisi tentang Pendidikan Yang Berkemajuan. " Prayudi Ariessanto,S.Pd"
Selasa, 06 Desember 2016
Kamis, 01 Desember 2016
KONSEP TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kurikulum 2013
Labels: Model pembelajaran
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kurikulum 2013
Masih membicarakan implementasi Kurikulum 2013 yang di ambang pintu (tahun pembelajaran 2014/2015) sudah sangat dekat-tinggal beberapa bulan lagi, maka kali ini blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran akan berbagi tentang konsep model pembelajaran tematik terpadu (integratif) menurut Kurikulum 2013.
Pada pembelajaran di SD untuk kelas rendah, model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) menjadi model pembelajaran utama yang harus dikembangkan guru untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Model pembelajaran ini sebenarnya telah lama ada. Model pembelajaran tematik terpadu (integrated) pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970-an. PTP diyakini para ahli pendidikan sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teaching model). Kehandalannya didasari kenyataan bahwa Pembelajaran Tematik Terpadu mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik siswa kelas rendah di SD.
Pembelajaran Tematik secara empirik (hasil penelitian) menunjukkan keberhasilannya dalam memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.
Pembelajaran Tematik Integratif
Dalam sejarah pengembangannya di era 70an, pembelajaran tematik integratif /terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI) dimaksudkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), cerdas, pada program perluasan belajar, dan yang belajar cepat. Tetapi kini, dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SD kelas rendah, pembelajaran tematik integratif (terpadu) ini juga digunakan.Beberapa Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
- Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya.
- Pembelajaran tematik terpadu dapat memberikan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
- Pembelajaran tematik terpadu relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.
- Pembelajaran tematik terpadu akan dapat menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
- Pembelajaran tematik terpadu memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Tahap Pembelajaran Tematik Terpadu
Adapun tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:- Tahap 1. Menentukan tema. Dalam pembelajaran tematik terpadu sangat dimungkinkan untuk melakukan kesepakatan bersama antara guru dengan peserta didik untuk menentukan tema yang diminati.
- Tahap 2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran tematik terpadu di kelas rendah SD harus mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tema yang dimuat dalam Kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2013).
- Tahap 3. Mendesain rencana pembelajaran. Pada tahapan ini tercakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema yang dilakukan oleh guru.
- Tahap 4. Aktivitas kelompok dan diskusi. Dalam tahapan terakhir ini, guru dapat memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa untuk ikut berpartisipasi. Dengan demikian, akan tercapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek (tema).
Model Pembelajaran Tematik Integratif
Salah satu model pembelajaran tematik integratif (terpadu) yang disarankan untuk peserta didik di kelas rendah SD adalah model jaring laba-laba (webbed model). Model terpadu ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.Demikian ulasan mengenai model pembelajaran tematik terpadu (integratif) menurut Kurikulum 2013 dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.
Artikel terkait:
Kurikulum 2013: Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu
Model Pembelajaran Tematik di SD
Jumat, 18 November 2016
Ikhlas Dalam mendidik Anak Bangsa, Begitu Perlukah ?
Artikel
Ikhlas Dalam mendidik Anak Bangsa, Begitu Perlukah ?
19,
November 2016
Oleh :
Prayudi Ariessanto * )
Guru SDN
003 Tarakan
Coba,kita
petik kalimat seorang guru tua dalam cuplikan layar lebar “ Laskar Pelangi ” , Memberilah dengan
Sebanyak-banyaknya, Bukan Menerima dengan Sebanyak-banyaknya kalimat
tersebut tentu bagi kita biasa saja atau mungkin saat kita menonton dan
memaknai kalimatnya tentu sangat biasa dan lewat begitu saja dan tidak tersirat
dihati dan pikiran kita terutama kita sebagai seorang guru. Ketika saya menonton film tersebut sebanyak
dua kali berulang-ulang saya menemukan sesuatu yang sangat luar biasa dari isi
cerita tersebut atau mungkin saya hanya terbawa alur cerita yang sangat
mengharukan sehingga membawa diri saya menjadi suasana biru, mungkin jawabannya
tidak. Itulah sebuah gambaran keikhlasan dari seorang guru yang mau dan rela memberikan ilmunya hanya dengan
sekelompok kecil anak didiknya yang bisa dikatakan anak-anak titipan Tuhan.
Realita
kehidupan sekarang mungkin membawa perubahan arti tentang kehidupan yang
sebenarnya. Dimana manusia berlomba-lomba mencari banyak materi, jabatan serta
kekuasaan namun semua itu wajar dan sah-sah saja asalkan tetap pada koridor
yang telah digariskan yang maha kuasa bukan sekedar pemaksaan diri dan kehendak
nafsu semata. Tentunya, apakah realita kehidupan juga sama diartikan pada
seorang guru, seorang pendidik yang dimana seorang guru adalah memberi, menyampaikan
atau sebagai sarana informasi kepada anak didiknya juga sebagai agen perubahan
yang selalu dan selalu mengadaptasikan diri pada perkembangan jaman di era
global dan teknologi canggih saat sekarang ini. Namun bagaimana guru itu harus
menyikapi tentang arti hidup dalam dirinya?
Mungkin
disinilah akan kita coba telusuri! Dalam hidup seorang guru tentu sama
kehidupannya dengan manusia lainnya bahkan kebutuhan hidup dunia seperti
materi,gaya hidup dan kesenangan pemuas hati tak lepas pada ambisi dalam diri,
juga akan kehidupan mewah tak terlepas seperti, akan gaya kehidupan kebanyakan
walaupun untuk saat ini dan akan datang. Karena seorang guru adalah manusia
yang diciptakan sama oleh manusia yang lainnya hanya saja tugas yang mungkin
membedakan antara satu dan yang lainnya.Kehidupan guru ditentukan oleh status
diri bahwa guru itu orang yang mempunyai tugas yang mulia dimata masyarakat dan
pemerintah tentunya. By the way, saat seorang guru berkompetisi dalam kehidupan
yang serba mewah dengan kecanggihan teknologi dimasa sekarang apakah mereka
dengan mata melongok hanya terpaku dan menonton terdiam melihat itu semua. Saya
rasa tidak atau maybe yes or maybe not,
masa sih segitunya, yah wajarlah kepengen sesuatu namanya juga manusia jangan
sampai ketinggalan kata temen saya gaptek lo.
Oke,
kembali kita serius begini seorang guru tidak menutup kemungkinan akan juga
ikut bersaing dalam kehidupan dimasa sekarang ini wajar toh, emang hanya pegawai
kantoran, wiraswasta dan pengusaha aja yang bisa hidup enak walau gak semuanya
begitu.Terlebih lagi akan kondisi sekarang yang menuntut kita untuk merubah
sesuatu untuk mencapai tujuan yang mapan dan sukses. Seorang guru sangat berhak
untuk berpikir kearah yang lebih baik untuk menjamin kehidupan yang lebih baik.
Namun jangan salah dalam melangkah karena seorang guru dibatasi oleh suatu
budaya yang sudah menjadi keharusan bahwa seorang guru harus memberikan contoh
pada anak didiknya untuk hidup sederhana
sekali lagi sederhana. Kesederhanaan inilah menjadi tolak ukur dalam mencapai
suatu kesuksesan dalam mendidik anak bangsa. Sangat lazim rasanya jika seorang
guru dapat mengaplikasikan dirinya, keluarganya, dan anak didiknya untuk
menjalankan hidup sederhana dalam keseharian. Yang menjadi pertanyaan kita
apakah seorang guru ikhlas menjalankannya dan tidak terpengaruh akan gaya hidup
dijaman era global yang dimana kebutuhan kemewahan semakin menggiurkan mata
atau bisa jadi daya tarik dalam persaingan. By the way, apakah bila kita jadi
seorang yang kaya dan semua materi berkecukupan akankah menjamin kita sukses
mendidik anak bangsa. Disinilah yang menjadi persoalannya, kita tidak akan
pernah puas dan akan terus mengejar yang namanya materi dunia. Jadi
konsekwensinya bagaimana? Ya, kita
sebagai seorang guru juga pendidik harus bisa belajar ikhlas dalam memberi,
menyampaikan, menginformasikan bahkan dengan rela mau mengembangkan diri secara
terus-menerus untuk bisa mewujudkan keberhasilan dalam mendidik anak bangsa.
Saat ini
kita telah memasuki abad 21 yang dikenal dengan abad pengetahuan. Para peramal
masa depan (futurist) mengatakan
sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala
aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999). Era pengetahuan merupakan suatu era
dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang dan sangat besar pengaruhnya
terhadap dunia pendidikan, psikologi dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara
pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan
peran orang tua/guru/dosen, serta
perubahan pola hubungan antar mereka. Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan
oleh kurikulum atau berbagai faktor
lainnya tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru juga kurang ikhlas
sekali lagi saya tekankan kurang ikhlas dalam memberi sehingga ada keengganan
siswa untuk belajar. Sekarang saya ingin bertanya apa yang paling Anda tekankan
dalam mendidik anak-anak? Prinsip saya mendidik anak-anak ada tiga hal, yaitu
ikhlas, jujur dan sabar. Mari kita simak puisi berikut: Jika anak dibesarkan
dengan celaan, Ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,Ia
belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar menjadi rendah
diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar untuk menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri. Jika anak
dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar menjadi percaya diri. Jika anak
dibesarkan dengan pujian, Ia belajar
menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar
keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh
kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi
dirinya. Jika anak dibesarkan dengan cinta kasih sayang dan persahabatan, Ia
belajar menemukan cinta dalam kehidupan. (Puisi karya : Dorothy Law Nolte)
judul asli : Children Learn What They Live.
Imam
Al-Mawardi menghendaki bahwa seorang guru benar-benar ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya. Mendidik dan mengajar harus diorientasikan kepada tujuan yang luhur,
mengajar dan mendidik, merupakan aktivitas keilmuan yang mempunyai nilai dan
kedudukan yang tinggi, yang tidak bisa disejajarkan dengan materi. Imam
Al-Mawardi melarang seseorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonomi.
Keikhlasan dan kesadaran seorang guru dalam mendidik adalah kesadaran akan
pentingnya tugas, sehingga akan terdorong untuk mencapai hasil yang maksimal.
Jadi seorang guru harus memiliki sikap rendah hati serta menjauhi sikap ujub
(besar kepala). Namun menjadi seorang guru bukan menjadi rendah diri ketika
berhadapan dengan orang lain karena sikap ini akan menyebabkan orang lain
meremehkan. Sikap rendah hati dalam diri yang dimaksud adalah mampu
mensederajatkan dengan orang lain dan saling menghargai. Sikap yang demikian
akan menumbuhkan rasa persamaan dan menghormati orang lain, toleransi serta
rasa senasib dan cinta keadilan. Dengan itu kita sebagai guru akan menghargai
muridnya sebagai makhluk yang memiliki potensi atau dengan kata lain merupakan
bagian sumber belajar. Al-Mawardi juga mengistilahkan “ikhlas” sebagai
pembersihan hati dari segala dorongan yang dapat mengeruhkan. Jadi keikhlasan
seorang guru dapat menjadi sebuah agen perubahan dalam pendidikan karena guru
akan ikhlas menjadi inspirator, informator, motivator, fasilitator, mediator
dan inovator. Sekarang dapat kita
simpulkan bahwa makna keikhlasan sekali lagi makna keikhlasan seorang guru
dalam mendidik adalah kesadaran akan pentingnya tugas, sehingga dengan
kesadaran tersebut ia akan terdorong untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan
keikhlasan inilah yang akan menentukan keberhasilan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, tanpa merasakannya menjadi suatu beban,
melainkan sebaliknya justru merasa bahagia, penuh harapan dan motivasi karena
dari tugas mengajar dan mendidik itu kelak akan mendapatkan pahala setimpal
dari Allah SWT. Nah, begitu perlukah ikhlas dalam mendidik anak bangsa?
Manfaatkan Kecerdasan
Manfaatkan Kecerdasan
Oleh
: Prayudi Ariessanto
Ketika
masih sekolah jadi ingat seorang sahabat. Sahabat yang periang penuh humor,
namun sayang dalam urusan belajar atau membaca dianya paling ogah. Kebetulan
bertemunya di bangku SMA tepatnya kelas 2. Saat itu dia duduk sebangku dengan
saya.Dan kami saling kenal apalagi saya sok kenal sok dekat (SKSD). Eh,
ternyata kami berdua sangat cocok. Yang buat saya senang dia anak orang kaya
yang sangat baik dan gak sombong jauh beda dengan kehidupan saya yang serba
pas-pasan, tapi Alhamdulillah ortu masih bisa nyekolahin saya. Ada hal yang
berbeda dari sahabat saya, yaitu dalam hal belajar dia sangat malas dan anti
yang namanya membaca, bahkan sekolah dianggapnya sebagai formalitas, sekedar
nyenangi ortunya saja.
Namun
kalau soal buku pelajaran atau buku cetak teman saya paling lengkap bahkan tak
satupun buku bidang studi yang tidak
terbeli olehnya. Tapi sayang tak satu buku pun juga yang terbaca olehnya atau
di pelajari. Buku hanya sebagai syarat saja agar tidak mencatat, kerena pada
jaman kita sekolah yang namanya CBSA sangat tren disetiap sekolah ”Catat Buku
Sampai Abis”. By the way, ketika saya pengen pinjam bukunya, eh, ternyata dia
malah kasihkan semua buku cetaknya ke saya. Dia bilang, ”bawa saja semua buku
cetak ini, kamu pelajari tapi nanti klo ulangan, kasih tau aku, ya”. Singkat
cerita akhirnya saya gak perlu lagi nyatat, pokoke tinggal dibaca dan baca aja.
Sementara sahabat kalau dirumah kerjanya nonton dan hapy-hapy aja kerjanya,
apalagi disekolah kerjanya ngobrol dan cerita akunya sih enjoy aja.
Ketika
ulangan tiba kami terpisah tempat duduk dikarenakan duduk sendiri dan sesuai
nomor absen. Bagi saya pribadi tidak masalah toh, pengawasan jaman saya sekolah
dulu tidak terlalu ketat sekedar formalitas saja. Jadi untuk membantu si sahabat
saya sangat mudah, Walaupun tidak semua jawaban sepenuhnya saya berikan. Saya
tau apa yang akan saya lakukan terhadap sahabat enjoyku itu. Bagi sahabatku
sekedar bisa naik kelas dia udah syukur aja bawaannya. Pada saat kelulusan dia
bilang pada saya, ”kalau kamu lulus berarti aku juga lulus”. Padahal waktu itu
saya sangat was-was gak tenang menanti pengumuman kelulusan. Eh, dianya malah
enjoy. Dia bilang,”tenang friend yang penting lulus aja udah syukur”.
Tentu
dibalik cerita diatas tadi ada sebuah hikmah yang kita dapatkan.
1.
Saya
sangat bangga punya seorang sahabat yang sangat baik. Walau anak orang kaya dia
tetap rendah diri suka menolong bahkan loyal terhadap teman. Saya anggap wajar
saja kalau sahabat saya dalam hal belajar dia sangat malas-malasan. Karena saya
lihat dalam kehidupan keluarganya terutama dalam masalah pendidikan itu tidak
terlalu respon. Yang terpenting bagi mereka masih bisa sekolah untuk pemenuhan
kewajiban semata.
2.
Betapa
belajar bagi saya adalah yang utama dan tak kenal waktu juga batasan usia.
Karena belajar itu tidak akan ada habisnya hingga akhir hayat kita.
3.
Saya
tidak memanfaatkan sahabat saya karena kebetulan anak orang kaya. Cuma saya
memanfaatkan kecerdasan dan situasi yang memungkinkan saya mengambil sebuah
kesempatan untuk lebih meningkatkan belajar saya dengan fasilitas (buku) yang
ada. Saya juga tidak menganggap bahwa sahabat saya memanfaatkan situasi yang
ada. Walau pada saat ulangan saya memberi tahukan padanya. Tapi semua itu saya
anggap imbang.Karena apabila saya beri pandangan tentang arti pentingnya
belajar nanti akan menyinggung perasaannya. Saya tetap positif thinking aja.
*Thanks my friend*
SERTIFIKASI APAKAH AKAN MEMBAWA PERUBAHAN PADA WAJAH PENDIDIKAN KITA
SERTIFIKASI
APAKAH AKAN MEMBAWA PERUBAHAN PADA WAJAH PENDIDIKAN KITA
Sudahkah
Anda sebagai Guru Disertifikasi
Oleh :
Prayudi Ariessanto, S. Pd
Dengan dikeluarkannya UU Guru dan Dosen
Tahun 2005 dan anggaran pendidikan
sebesar 20% yang telah diamanatkan UUD 1945 pasal 31 ayat ke-4
menyebutkan ”Negara memprioritaskan Anggaran Pendidikan Sekurang-kurangnya 20%
dari APBN serta APBD”, begitu juga dengan adanya sertifikasi guru, maka
berbahagialah para guru Indonesia, satu langkah kemajuan dalam dunia pendidikan
di tanah air kita. Tak pelak para guru berlomba-lomba mengejar kriteria dalam
sertifikasi, rame-rame mengejar jenjang D4 atau S1, mengikuti seminar untuk
mengejar sertifikat dan lain sebagainya hanya untuk pemenuhan syarat agar dapat
disertifikasi, katanya sih biar penghasilan nambah gede gitu lock, kayak si
Temon aja. Namun dalam benak saya kok jadinya aneh ya, lebih cendrung kuantitas
sertifikasi ketimbang kualitas sertifikasi yang dihasilkan, ya ngak salah kalo
kita mikir kesana itung-itung nambah penghasilan dan bisa sejahtera tapi apa iya
dengan banyak uang sudah pasti sejahtera?
Gimana
kalau kita berpikir agak jauh kedepan sah-sah saja kan. Seorang guru apabila
telah lulus di sertifikasi sama artinya guru tersebut telah menjadi guru
spesialis itu istilah dalam dunia kedokteran, artinya guru tersebut telah mampu
untuk melaksanakan kemampuannya lebih bahkan bisa di bilang profesional. Tentu
berbanggalah teman-teman kita yang sudah tersertifikasi dan kita patut
juga berbangga . Ada hal esensi yang
patut kita pertanyakan, apakah kita sudah siap dengan hasil gede namun kualitas
masih perlu pembenahan, renovasi dan pengembangan. Jangan kita hanya berpikir reward yang diberikan oleh pemerintah
besar tapi kualitas diri jempol kebawah dan menghambat kemajuan dalam
pendidikan kita. Tapi saya yakin
guru-guru kita tidak begitu. Dalam pemenuhan dan meningkatkan kualitas guru
pemerintah telah memberikan penghasilan yang besar bagi para guru yang telah
disertifikasi dan itu sudah diatur dalan UU. Namun yang menjadi patokan
sertifikasinya itu loh yang masih meragukan, kenapa saya bersikap seperti itu.
Coba kita lihat syarat-syarat dalam sertifikasi hanya mengacu pada
berkas-berkas yang tak terlihat dari segi kualitas, kemampuan seorang guru
dalam menguasai Proses Belajar Mengajar ( PBM ), bagaimana mengatasi
kendala-kendala dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Di sinilah yang perlu
kita kaji ulang. Siapakah yang mengkaji ini tentunya unsur-unsur yang
membidangi dalam rekrutmen sertifikasi guru, apa yang harus kita lakukan, tentu
saya akan bertanya, apa yang akan dilakukan. Apakah kita akan membiarkan saja
syarat dalam sertifikasi hanya mengacu
pada berkas-berkas. Yang berkas-berkas tersebut tidak menunjukkan kemampuan
profesional seorang guru. Ya, adalah Cuma kan dasar penilaiannya yang kurang
jelas atau memang saya yang gak jelas. Bukan ingin menginterfere kebijakan dan
aturan pemerintah yang sudah jelas tapi sekedar sumbang saran dan numpang ide,
toh ngak ada salahnya kan.
Sudah
menjadi kebiasaan kita apabila ada perubahan pro dan kontra pada bermunculan. Wajarlah
namanya juga negara demokrasi, tapi tetap jalan teruskan, ya iyalah. Wajah
pendidikan kita telah berubah dengan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20%
dan sertifikasi guru. Juga penambahan dana Bos yang di tahun 2009 ini meningkat
sebesar 50% di tambah lagi sekolah gratis dan itu yang menambah perubahan wajah
pendidikan di Indonesia. Masih masalah wajah terutama wajah para guru yang
telah tersertifikasi. Wah, pada bercahaya tuh tapi apakah cahaya itu juga akan
menerangi wajah anak didik kita atau hanya sebagai penerangan dalam kegelapan
di rumah, emang lampu kali ya. Sekali lagi apakah kita guru yang telah di
sertifikasi dapat membawa perubahan pada
wajah pendidikan dan membawa anak didik kita semakin terdepan sama seperti kita
yang telah disejahterakan oleh pemerintah. Sepakat harus sepakat, bahwa kita
bisa melakukannya dan dapat membawa perubahan pada wajah pendidikan kita di
Indonesia. Sekali lagi kita sebagai seorang guru harus berkomitmen bahwa guru
harus mampu merubah wajah dalam dunia pendidikan yang utama mampu mensejajarkan
dengan dunia pendidikan di luar sana dan siap bersaing dalam segala bidang. Mampu
menghadapi pendidikan dengan berbasis teknologi juga tak kalah pentingnya dapat
menginovasikan proses dalam pembelajaran. Karena kita guru adalah sebagai motivator, mediator, inovator, fasilitator juga tor-tor lainnya. Masih
masalah sertifikasi apakah nantinya atau pada saatnya jika kita telah disertifikasi
dan mendapatkan hak-hak yang telah dijanjikan oleh pemerintah, kita nantinya semakin
termotivasi untuk tetap menjadi seorang guru yang berkonsekwen untuk memajukan
dan merubah wajah pendidikan tentunya dengan hasil karya-karya kita di bidang pendidikan.
Ya, kita harus komit dengan tugas dan kewajiban kita sebagai seorang pendidik karena
kita adalah sebagai Agent of change (agen perubahan ) untuk anak-anak
bangsa di negeri ini. Sekarang bagaimana mengaplikasikannya, ya
tergantung kita asal tahu saja syarat dalam sertifikasi tidak begitu sulit
namun jangan dianggap sebagai kesempatan untuk menaikan penghasilan tapi tidak menghasilkan,
itu juga tergantung bagaimana kita bisa membawa diri sebagai seorang yang
profesional dalam pendidikan, gitu loch.
Kualitas
dan Kompetensi
Bagaimana
bila kita berbicara masalah kualitas dan kompetensi apakah sudah terpenuhi ?
Dalam
rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun itangible. Jadi apakah perlu
seorang pendidik itu berkualitas, ya iyalah. Masa sudah disertifikasi
kualitasnya tidak ada peningkatan malu dong sama anak didiknya apa kata dunia.
Antara kualitas dan kompetensi sangat erat hubungannya dalam diri kita sebagai
pendidik karena dalam ”proses pendidikan” yang berkualitas terlibat berbagai
input, seperti; bahan ajar (kognitif,
afektif, atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru) juga dapat menciptakan suasana
belajar yang bervariatif , inovatif dan kreatif. Tentunya ini tidaklah mudah karena kita di ajak untuk
berkompetisi antara sesama guru/pendidik. Wah, makin seru nih!
Masih
berbicara masalah kualitas pendidikan, pada era milenium ketiga, kualitas layanan
pendidikan menjadi satu keharusan, jika
kita mengharapkan adanya hasil pendidikan (outcomes) yang berkualitas. Quality
was ’at the heart of education’. Kualitas pendidikan memiliki lima dimensi yang
saling kait-mengait, yakni: ’learners,
environments, content, processes, dan outcomes’. Demikian pesan Deklarasi
Pendidikan Untuk Semua dari Dakar Jomtien dan Dakar pada tahun 1990. Tentunya
kita di harapkan mampu berdayakan kekuatan dan kemampuan dalam diri. Sebagai
contoh: guru mengikuti pelatihan, seminar pendidikan, pemantapan dalam
mengajar, penguasaan materi ajar, dan penyusunan RPP, Silabus secara bertahap
tapi pasti agar kemampuan dan kualitas seorang guru/pendidik semakin meningkat
dan berkompeten. By the way, berbicara soal kualitas tentunya akan di barengi
dengan kompetensi seorang guru/pendidik agar antara kualitas dan kompetensi
dapat terjadi balance (keseimbangan)
dalam diri dan kemampuan seorang pendidik. Maka dari itu seorang guru/pendidik
dapat mampu mengembangkan dirinya secara terus-menerus (continue) tanpa
berhenti dan selalu mengikuti berbagai macam program peningkatan kualitas
pendidik/pendidikan dan pengajaran melalui pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Dengan sendirinya hasil sertifikasi yang didapatkan
oleh pemerintah pada seorang guru/pendidik tidaklah sia-sia karena wujud nyata sertifikasi
jelas arah dan tujuannya. Dengan kata lain guru tersertifikasi dengan kualitas
yang baik maka pemerintah juga akan mendapatkan hasil pendidikan yang lebih
baik pula. Nah, dengan itu marilah kita secara bersama-sama berkomitmen bahwa
kita sebagai seorang guru/pendidik mampu merubah wajah pendidikan di tanah air
tercinta Indonesia. Dan tidak ada kata menyerah karena kita adalah seorang
guru/pendidik sebagai sumber segala perubahan.
*Sukses Rekan Guru
Indonesia*
Langganan:
Postingan (Atom)
WAKAF CINTA By : Yudi Aries Dingin semilir angin malam menusuk kolbu Impianku dalam kerinduan yang teramat dalam Nyanyian damai te...
-
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kurikulum 2013 Labels: Model pembelajaran Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut...
-
Manfaatkan Kecerdasan Oleh : Prayudi Ariessanto Ketika masih sekolah jadi ingat seorang sahabat. Sahabat yang periang penuh humo...