Jumat, 18 November 2016

Manfaatkan Kecerdasan

       Manfaatkan Kecerdasan
Oleh : Prayudi Ariessanto
Ketika masih sekolah jadi ingat seorang sahabat. Sahabat yang periang penuh humor, namun sayang dalam urusan belajar atau membaca dianya paling ogah. Kebetulan bertemunya di bangku SMA tepatnya kelas 2. Saat itu dia duduk sebangku dengan saya.Dan kami saling kenal apalagi saya sok kenal sok dekat (SKSD). Eh, ternyata kami berdua sangat cocok. Yang buat saya senang dia anak orang kaya yang sangat baik dan gak sombong jauh beda dengan kehidupan saya yang serba pas-pasan, tapi Alhamdulillah ortu masih bisa nyekolahin saya. Ada hal yang berbeda dari sahabat saya, yaitu dalam hal belajar dia sangat malas dan anti yang namanya membaca, bahkan sekolah dianggapnya sebagai formalitas, sekedar nyenangi ortunya saja.
Namun kalau soal buku pelajaran atau buku cetak teman saya paling lengkap bahkan tak satupun  buku bidang studi yang tidak terbeli olehnya. Tapi sayang tak satu buku pun juga yang terbaca olehnya atau di pelajari. Buku hanya sebagai syarat saja agar tidak mencatat, kerena pada jaman kita sekolah yang namanya CBSA sangat tren disetiap sekolah ”Catat Buku Sampai Abis”. By the way, ketika saya pengen pinjam bukunya, eh, ternyata dia malah kasihkan semua buku cetaknya ke saya. Dia bilang, ”bawa saja semua buku cetak ini, kamu pelajari tapi nanti klo ulangan, kasih tau aku, ya”. Singkat cerita akhirnya saya gak perlu lagi nyatat, pokoke tinggal dibaca dan baca aja. Sementara sahabat kalau dirumah kerjanya nonton dan hapy-hapy aja kerjanya, apalagi disekolah kerjanya ngobrol dan cerita akunya sih enjoy aja.
Ketika ulangan tiba kami terpisah tempat duduk dikarenakan duduk sendiri dan sesuai nomor absen. Bagi saya pribadi tidak masalah toh, pengawasan jaman saya sekolah dulu tidak terlalu ketat sekedar formalitas saja. Jadi untuk membantu si sahabat saya sangat mudah, Walaupun tidak semua jawaban sepenuhnya saya berikan. Saya tau apa yang akan saya lakukan terhadap sahabat enjoyku itu. Bagi sahabatku sekedar bisa naik kelas dia udah syukur aja bawaannya. Pada saat kelulusan dia bilang pada saya, ”kalau kamu lulus berarti aku juga lulus”. Padahal waktu itu saya sangat was-was gak tenang menanti pengumuman kelulusan. Eh, dianya malah enjoy. Dia bilang,”tenang friend yang penting lulus aja udah syukur”.
Tentu dibalik cerita diatas tadi ada sebuah hikmah yang kita dapatkan.
1.      Saya sangat bangga punya seorang sahabat yang sangat baik. Walau anak orang kaya dia tetap rendah diri suka menolong bahkan loyal terhadap teman. Saya anggap wajar saja kalau sahabat saya dalam hal belajar dia sangat malas-malasan. Karena saya lihat dalam kehidupan keluarganya terutama dalam masalah pendidikan itu tidak terlalu respon. Yang terpenting bagi mereka masih bisa sekolah untuk pemenuhan kewajiban semata.
2.      Betapa belajar bagi saya adalah yang utama dan tak kenal waktu juga batasan usia. Karena belajar itu tidak akan ada habisnya hingga akhir hayat kita.
3.      Saya tidak memanfaatkan sahabat saya karena kebetulan anak orang kaya. Cuma saya memanfaatkan kecerdasan dan situasi yang memungkinkan saya mengambil sebuah kesempatan untuk lebih meningkatkan belajar saya dengan fasilitas (buku) yang ada. Saya juga tidak menganggap bahwa sahabat saya memanfaatkan situasi yang ada. Walau pada saat ulangan saya memberi tahukan padanya. Tapi semua itu saya anggap imbang.Karena apabila saya beri pandangan tentang arti pentingnya belajar nanti akan menyinggung perasaannya. Saya tetap positif  thinking aja.

                                                      *Thanks my friend*

1 komentar:

  WAKAF CINTA By : Yudi Aries Dingin semilir angin malam menusuk kolbu Impianku dalam kerinduan yang teramat dalam Nyanyian damai te...