Manfaatkan Kecerdasan
Oleh
: Prayudi Ariessanto
Ketika
masih sekolah jadi ingat seorang sahabat. Sahabat yang periang penuh humor,
namun sayang dalam urusan belajar atau membaca dianya paling ogah. Kebetulan
bertemunya di bangku SMA tepatnya kelas 2. Saat itu dia duduk sebangku dengan
saya.Dan kami saling kenal apalagi saya sok kenal sok dekat (SKSD). Eh,
ternyata kami berdua sangat cocok. Yang buat saya senang dia anak orang kaya
yang sangat baik dan gak sombong jauh beda dengan kehidupan saya yang serba
pas-pasan, tapi Alhamdulillah ortu masih bisa nyekolahin saya. Ada hal yang
berbeda dari sahabat saya, yaitu dalam hal belajar dia sangat malas dan anti
yang namanya membaca, bahkan sekolah dianggapnya sebagai formalitas, sekedar
nyenangi ortunya saja.
Namun
kalau soal buku pelajaran atau buku cetak teman saya paling lengkap bahkan tak
satupun buku bidang studi yang tidak
terbeli olehnya. Tapi sayang tak satu buku pun juga yang terbaca olehnya atau
di pelajari. Buku hanya sebagai syarat saja agar tidak mencatat, kerena pada
jaman kita sekolah yang namanya CBSA sangat tren disetiap sekolah ”Catat Buku
Sampai Abis”. By the way, ketika saya pengen pinjam bukunya, eh, ternyata dia
malah kasihkan semua buku cetaknya ke saya. Dia bilang, ”bawa saja semua buku
cetak ini, kamu pelajari tapi nanti klo ulangan, kasih tau aku, ya”. Singkat
cerita akhirnya saya gak perlu lagi nyatat, pokoke tinggal dibaca dan baca aja.
Sementara sahabat kalau dirumah kerjanya nonton dan hapy-hapy aja kerjanya,
apalagi disekolah kerjanya ngobrol dan cerita akunya sih enjoy aja.
Ketika
ulangan tiba kami terpisah tempat duduk dikarenakan duduk sendiri dan sesuai
nomor absen. Bagi saya pribadi tidak masalah toh, pengawasan jaman saya sekolah
dulu tidak terlalu ketat sekedar formalitas saja. Jadi untuk membantu si sahabat
saya sangat mudah, Walaupun tidak semua jawaban sepenuhnya saya berikan. Saya
tau apa yang akan saya lakukan terhadap sahabat enjoyku itu. Bagi sahabatku
sekedar bisa naik kelas dia udah syukur aja bawaannya. Pada saat kelulusan dia
bilang pada saya, ”kalau kamu lulus berarti aku juga lulus”. Padahal waktu itu
saya sangat was-was gak tenang menanti pengumuman kelulusan. Eh, dianya malah
enjoy. Dia bilang,”tenang friend yang penting lulus aja udah syukur”.
Tentu
dibalik cerita diatas tadi ada sebuah hikmah yang kita dapatkan.
1.
Saya
sangat bangga punya seorang sahabat yang sangat baik. Walau anak orang kaya dia
tetap rendah diri suka menolong bahkan loyal terhadap teman. Saya anggap wajar
saja kalau sahabat saya dalam hal belajar dia sangat malas-malasan. Karena saya
lihat dalam kehidupan keluarganya terutama dalam masalah pendidikan itu tidak
terlalu respon. Yang terpenting bagi mereka masih bisa sekolah untuk pemenuhan
kewajiban semata.
2.
Betapa
belajar bagi saya adalah yang utama dan tak kenal waktu juga batasan usia.
Karena belajar itu tidak akan ada habisnya hingga akhir hayat kita.
3.
Saya
tidak memanfaatkan sahabat saya karena kebetulan anak orang kaya. Cuma saya
memanfaatkan kecerdasan dan situasi yang memungkinkan saya mengambil sebuah
kesempatan untuk lebih meningkatkan belajar saya dengan fasilitas (buku) yang
ada. Saya juga tidak menganggap bahwa sahabat saya memanfaatkan situasi yang
ada. Walau pada saat ulangan saya memberi tahukan padanya. Tapi semua itu saya
anggap imbang.Karena apabila saya beri pandangan tentang arti pentingnya
belajar nanti akan menyinggung perasaannya. Saya tetap positif thinking aja.
*Thanks my friend*
mantap pak. smngat
BalasHapus