AKU YAKIN AKAN ADA SETITIK BAHAGIA
Aku yang selalu gagal dalam
pernikahan memliki ketakutan kelak kau akan menghancurkan pernikahan terakhir
yang telah kuikrarkan bahwa ini janjiku padamu. Aku takut kelak kau membuka
mata dan menyadari perasaanku untukmu yang begitu dalam hingga aku takut kau
hempaskan. Aku masih belum bisa menghadapi kenyataannya bahwa suatu hari nanti kau
akan pergi meninggalkanku karena rasa ego dan cemburuku, lelah dan bosan
kemudian meninggalkanku begitu saja.
Sebab bukankah tak semua
pernikahan selamanya indah? Sebab bukankah semua orang juga berkata akan selalu
ada pada awalnya, untuk kemudian melangkah pergi pada akhirnya?
Aku yang selalu sering gagal
dalam pernikahan, hanya takut pada akhirnya kau juga akan meninggalkan.
Jadi kumohon, bisakah kau
yakinkan aku bahwa kau takkan pergi dan meninggalkan seperti ketakutan yang
kurasakan selama ini?
Hampir satu tahun pernikahanku
bersamanya, aku seorang suami selalu menunggu istri tercinta pulang kerumah.
Hari itu mulai magrib, sedari pagi dia kerja hingga sore belum ada tanda-tanda
kepulangan dirinya. Aku suami masih sabar menunggu, sembari membersihkan rumah
dan merapikan perabotan yang berserakan. Suasana ruang tamu, teras, kamar tidur
semuanya Nampak lenggang. Hanya ada beberapa anak-anal kecil yang suka main
petak umpet sembunyi diteras rumah kontrakan kami.
Jam menunjukkan pukul 6 malam.
Aku mulai menjadi was-was. Aku merasa khawatir dimana istri saat ini berada. Kenapa sampai jam segini belum pulang? Apakah terjadi sesuatu
padanya? Apakah dia masih marah
padaku?
Ada banyak pertanyaan yang
mengganggu dalam pikiranku saat itu.
Memory terkahir yang aku ingat adalah,
kemarin malam aku dan istriku bertengkar hebat. Aku telah menuduh istriku
selingkuh dengan temannya entah terlalu banyak teman lelaki yang ada di WA-nya.
Tentu saja dia tidak terima. Dan aku juga mengatakan bahwa kamu sudah tidak
mencintaiku lagi, dan lebih memilih karirmu dari pada tugasmu menjadi seorang
istri. Hampir semua benda menjadi sasaran kemarahanku dan kujadikan sebagai
sasaran pada fisikku, hingga kami bergumul berdua dengan hebat dan menyebabkan
kaki kananku terkilir.
Kami berdua saling teriak, saling
menyalahkan satu sama lain. Tidak ada tanda-tanda satu sama yang lain untuk
mengalah.
“Andai kamu tidak selalu chat laki-laki di WAmu, pasti aku tidak akan
cemburu!” dengan nada emosi.
“Aku tidak ada selingkuh! Kalau kau tidak percaya ya sudah, lebih baik
kita pisah!’ balas istriku.
“Kau kira aku gak baca chatmu dengan laki-laki di WA mu?Hah?!”Kataku
tak mau mengalah.
Selanjutnya, aku tidak bisa
mengingat lagi. Aku lupa apa yang terjadi setelah kejadian kemarin malam,
pertengkaran yang begitu dahsyat. Seperti lembaran kertas yang sobek, aku
pusing sekali mengingat kembali potongan kejadian tersebut.
Aku terbangun keesokan harinya,
setelah merasakan kaki kanan ini sakit sekali. Melihat sang istri sudah
terbangun dahulu dan bergegas mandi mempersiapkan diri untuk berangkat kembali
bekerja. Sang istri kemudian berkata, “pah bangun, segera bersihkan dirimu,
kita akan ketukang urut obati kakimu”. Dalam hatiku, ya Allah betapa tulusnya
dirinya, dan aku memeluknya yang amat erat, seakan aku tdak mau kehilangan
belahan jiwaku.
“Maafkan papa, mah, aku mengerti perasaanmmu,”bisikku lirih.
“Untung masih kaki yang terkilir, bukan nyawa yang hilang,” dalam
hatiku berkata.
“Ini yang terakhir kalinya kita bertengkar pah,” bisik istri
tercinta.
Kami kembali berdamai sembari
sang istri menyiapkanku sarapan pagi sebelum ketukang urut. Bercanda dan
bermesraaan, seakan kejadian kemarin malam hanyalah batu kerikil perjalanan
hidup pernikahan kami berdua.
“Semoga pernikahan kita awet serupa matahari yang selalu bersinar,’
kataku pada istri.
“Iya,
dan semoga kepalamu juga seperti piring plastik kau pukuli gak pecah-pecah,” balas sang istri sembari
tersenyum lebar.
Hampir berjalan setahun lebih
pernikahan kami selalu saja ada pertengkaran dalam setiap langkah. Semua hanya
dipicu masalah kecurigaan dan kecemburuanku yang berlebihan. Terlebih dengan
kesibukan kerjaan istriku dalam mengejar
karirnya sebagai seorang pegawai negeri.
Begitu juga sang istri kadang
menyebalkan dengan kesibukannya yang tidak pernah habis-habisnya ditambah lagi
dengan kesibukannya di depan HP. Hari-hari hanya dihabiskan chat-chatnya yang
dengan alasan semua adalah urusan kerjaan. Hingga keributan sering terjadi
disela-sela perjalanan pernikahan kami.
Namun aku sebagai suami sangat
mencintai dan menyayangi sang istri, hingga aku takut kehilangannya dan takut
akan kegagalan pernikahanku terulang. Setiap kali aku terbangun dan melihat
istriku yang sangat lelap tidurnya, mataku gerimis. Pipiku basah. Aku hanya
bisa memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Satu hal yang aku sadari, aku
bersyukur bisa menjadi teman hidupmu walau kerikil tajam selalu menghujam rumah
tangga kami. Namun aku yakin akan ada setitik bahagia yang akan menerangi rumah
tangga kami. Satu yang membuat aku selalu bertahan dan selalu menangis
dihadapanmu, itu adalah cinta. Cinta inilah yang membuat aku selalu
mempertahankan bahtera rumah tangga kita karena aku tidak ingin gagal dan
inilah pernikahan terakhirku.
Aku tau bagaimana rasanya ingin
mati, bagaimana sakitnya untuk tersenyum, bagaimana mencoba untuk menyesuiakan
diri, tapi tidak bisa. Bagaimana kamu melukai diriku sendiri diluar dan mencoba
membunuh sesuatu didalam diri.
Aku menangis bukan karena aku
lemah, itu karena aku tangguh untuk bisa mempertahankan apa itu cinta yang
hakiki. Dan tolong jangan ucapkan kata-kata berpisah karena itu adalah perih
yang menyakitkan. Aku tidak tahu perasaan apa yang kamu berikan padaku.
Aku mengaku, istriku bahwa
dimimpiku aku selalu menyentuh wajahmu dan berkata, “aku yakin akan ada setitik bahagia yang akan menerangi rumah tangga
kita”
PROFIL PENULIS
Sejak tahun 2000 penulis sudah
mengabdikan diri sebagai pendidik, sebagai guru kelas di SDN Tanjung Batu, pada
saat itu sebagai tenaga kontrak dan mengabdi selama 2 tahun lebih. Pada tahun
2002 penulis ditempatkan di SDN 020 Sebengkok. Tahun 2003 penulis diangkat
menjadi guru PNS di pemerintahan kota Tarakan dan di tempatkan di SDN 006
Kampung 4 Tarakan. Saat ini penulis bertugas di SDN 003 Tarakan dan mulai
bertugas pada tahun 2013 sampai saat ini.
Penulis juga merupakan penulis
artikel, ada beberapa artikelnya yang sudah di muat oleh beberapa media surat
kabar lokal dan daerah. Beberapa artikel yang pernah masuk baru-baru ini adalah
“Guru dan Teknologi harus bijaksana menyikapinya” dan “ Menakar
PPDB Sekolah Muhammadiyah ditengah pandemi Covid-19” yang
diterbitkan oleh tabloid Mata Hati Malang Raya Jawa Timur. Saat ini
penulis juga sedang Menyusun pembuatan BBS (buku best seller). Penulis juga
mempunyai beberapa karya buku antologi diantaranya, “76 Cerita Mendidik” terbitan Leguty Media, “Kisah Inspiratif Sang Guru” terbitan Kamila press, “Mengenal 126 Dongeng Nusantara Terpopuler”
Terbitan Leguty Media, “Mosaik Rasa 100
Guru Nusantara” bersama Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) dan “Humor Unik Kyoka” bersama (KPPJB).
Penulis bernama Prayudi
Ariessanto, S.Pd juga menjabat sebagai pimpinan Majelis Dikdasmen PDM Tarakan
Kalimantan Utara. Penulis lahir di Tarakan pada tanggal 08 April 1975 dan
berdomisili di Jl. Mulawarman Tarakan Kalimantan Utara 77111. Apabila ingin
menghubungi penulis bisa melalui WA 082153997686 atau email prayudiariessanto052@gmail.com dan bisa juga berkunjung ke blog
penulis dengan alamat prayudiariessanto.blogspot.com.